hubungan antarmanusia itu bukan untuk menajamkan ego, tapi justru menumpulkannya. hubungan pertemanan bukan soal urusan menang-kalah dan tidak ada yang namanya mengalah by Samuel Mulia
aku jadi teringat dengan hubungan pertemanan yang aku mulai sendiri, dan aku rusak sendiri dengan segala ulahku. karena dia memintaku untuk memahaminya, akupun meminta hal yang sama. lebih dari itu, bahkan. aku juga menuntut temanku yang satu itu jadi berbagai macam bentuk. to be shoulder to cry on, sand-sack to punch, trash bin for my stress. dan aku masih menghitung untung-rugi. what a shame...
sekali aku punya teman yang sangat ideal, dan aku bahkan nggak bisa menghentikan kebiasaan buruk. aku terlahir sebagai orang yang berlidah tajam dan sangat berbakat untuk menjatuhkan image orang di tempat publik. suatu kali, dengan seenak hati aku menghujat temanku itu hanya karena satu kesalahan kecil. tapi... setelah aku ingat-ingat lagi, itu terjadi berulang kali. jadi nggak heran kalo hubungan pertemanan kami berubah 180 derajat dalam sekejap
tapi bagusnya dari perpecahan itu adalah karena dia bilang alasan dia kecewa. untuk beberapa lama, aku marah karena sepertinya waktu nggak mampu membantunya memahami temannya sendiri. sounds unfair when at that far i know him well. tapi memang aku nggak minta dia untuk memahamiku, jadi yaaaa.... aq nggak bisa nuntut apa-apa
tapi berkat kejadian itu aku jadi sadar, nggak semua orang bisa tahan dengan emosiku yang kayak jet coaster. suatu saat aku bisa jadi sangat pemaaf, tapi suatu kali aku bisa jadi ngeluarin jurus pamungkas, tanpa pandang bulu. tinggal tunggu siapa yang kena jackpot. sekarang, dengan bantuan banyak orang-orang baik di sekitarku, aku mulai bisa mengendalikan diri. masih belum bisa mengendalikan emosi si. tapi paling nggak, sekarang aku udah bisa ngerem mulut. paling nggak, aku bisa mengarahkan jurus pamungkas terhadap orang yang tepat dan di saat yang tepat
dan yang paling penting, aku mulai bisa memilah-milah masalah. dulu aku sering banget membesar-besarkan masalah sepele dan menghilangkan masalah besar. jadinya ya itu tadi, untuk masalah sepele aku bisa jadi kompor gas LPG. sedangkan aku nggak bereaksi untuk masalah-masalah besar. mimpes, kata orang jawa. sisanya diselesaikan pakai emosi. makanya urusan jadi tambah ribet susah kelarnya. sekarang, untungnya, sekarang sudah mulai mengecilkan hati dan membesarkan otak dalam menghadapi masalah. semoga ini bukan awal yang terlambat
aku juga belajar untuk berkaca pada masa lalu untuk menghadapi masa depan, menjadikan kesalahan sebagai guru yang berharga. jangan sampai aku rusak lagi pertemanan yang aku punya sekarang apalagi dengan ulahku
aku juga belajar untuk lebih banyak toleransi, memaafkan dan menerima seberapapun kesalahan orang lain, lebih dari yang aku terima dari orang lain. karena aku tau sangat sulit untuk melakukannya saat usia sudah semakin tua, maka aku berharap tidak terlambat untuk memulainya sekarang. belajar untuk tidak menyalahkan orang lain, belajar untuk menerima kesalahan orang lain
because i'm not that perfect and my friends give me colors of my days and enriched my life
Thursday, 16 December 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Thursday, 16 December 2010
refleksi relasi
hubungan antarmanusia itu bukan untuk menajamkan ego, tapi justru menumpulkannya. hubungan pertemanan bukan soal urusan menang-kalah dan tidak ada yang namanya mengalah by Samuel Mulia
aku jadi teringat dengan hubungan pertemanan yang aku mulai sendiri, dan aku rusak sendiri dengan segala ulahku. karena dia memintaku untuk memahaminya, akupun meminta hal yang sama. lebih dari itu, bahkan. aku juga menuntut temanku yang satu itu jadi berbagai macam bentuk. to be shoulder to cry on, sand-sack to punch, trash bin for my stress. dan aku masih menghitung untung-rugi. what a shame...
sekali aku punya teman yang sangat ideal, dan aku bahkan nggak bisa menghentikan kebiasaan buruk. aku terlahir sebagai orang yang berlidah tajam dan sangat berbakat untuk menjatuhkan image orang di tempat publik. suatu kali, dengan seenak hati aku menghujat temanku itu hanya karena satu kesalahan kecil. tapi... setelah aku ingat-ingat lagi, itu terjadi berulang kali. jadi nggak heran kalo hubungan pertemanan kami berubah 180 derajat dalam sekejap
tapi bagusnya dari perpecahan itu adalah karena dia bilang alasan dia kecewa. untuk beberapa lama, aku marah karena sepertinya waktu nggak mampu membantunya memahami temannya sendiri. sounds unfair when at that far i know him well. tapi memang aku nggak minta dia untuk memahamiku, jadi yaaaa.... aq nggak bisa nuntut apa-apa
tapi berkat kejadian itu aku jadi sadar, nggak semua orang bisa tahan dengan emosiku yang kayak jet coaster. suatu saat aku bisa jadi sangat pemaaf, tapi suatu kali aku bisa jadi ngeluarin jurus pamungkas, tanpa pandang bulu. tinggal tunggu siapa yang kena jackpot. sekarang, dengan bantuan banyak orang-orang baik di sekitarku, aku mulai bisa mengendalikan diri. masih belum bisa mengendalikan emosi si. tapi paling nggak, sekarang aku udah bisa ngerem mulut. paling nggak, aku bisa mengarahkan jurus pamungkas terhadap orang yang tepat dan di saat yang tepat
dan yang paling penting, aku mulai bisa memilah-milah masalah. dulu aku sering banget membesar-besarkan masalah sepele dan menghilangkan masalah besar. jadinya ya itu tadi, untuk masalah sepele aku bisa jadi kompor gas LPG. sedangkan aku nggak bereaksi untuk masalah-masalah besar. mimpes, kata orang jawa. sisanya diselesaikan pakai emosi. makanya urusan jadi tambah ribet susah kelarnya. sekarang, untungnya, sekarang sudah mulai mengecilkan hati dan membesarkan otak dalam menghadapi masalah. semoga ini bukan awal yang terlambat
aku juga belajar untuk berkaca pada masa lalu untuk menghadapi masa depan, menjadikan kesalahan sebagai guru yang berharga. jangan sampai aku rusak lagi pertemanan yang aku punya sekarang apalagi dengan ulahku
aku juga belajar untuk lebih banyak toleransi, memaafkan dan menerima seberapapun kesalahan orang lain, lebih dari yang aku terima dari orang lain. karena aku tau sangat sulit untuk melakukannya saat usia sudah semakin tua, maka aku berharap tidak terlambat untuk memulainya sekarang. belajar untuk tidak menyalahkan orang lain, belajar untuk menerima kesalahan orang lain
because i'm not that perfect and my friends give me colors of my days and enriched my life
aku jadi teringat dengan hubungan pertemanan yang aku mulai sendiri, dan aku rusak sendiri dengan segala ulahku. karena dia memintaku untuk memahaminya, akupun meminta hal yang sama. lebih dari itu, bahkan. aku juga menuntut temanku yang satu itu jadi berbagai macam bentuk. to be shoulder to cry on, sand-sack to punch, trash bin for my stress. dan aku masih menghitung untung-rugi. what a shame...
sekali aku punya teman yang sangat ideal, dan aku bahkan nggak bisa menghentikan kebiasaan buruk. aku terlahir sebagai orang yang berlidah tajam dan sangat berbakat untuk menjatuhkan image orang di tempat publik. suatu kali, dengan seenak hati aku menghujat temanku itu hanya karena satu kesalahan kecil. tapi... setelah aku ingat-ingat lagi, itu terjadi berulang kali. jadi nggak heran kalo hubungan pertemanan kami berubah 180 derajat dalam sekejap
tapi bagusnya dari perpecahan itu adalah karena dia bilang alasan dia kecewa. untuk beberapa lama, aku marah karena sepertinya waktu nggak mampu membantunya memahami temannya sendiri. sounds unfair when at that far i know him well. tapi memang aku nggak minta dia untuk memahamiku, jadi yaaaa.... aq nggak bisa nuntut apa-apa
tapi berkat kejadian itu aku jadi sadar, nggak semua orang bisa tahan dengan emosiku yang kayak jet coaster. suatu saat aku bisa jadi sangat pemaaf, tapi suatu kali aku bisa jadi ngeluarin jurus pamungkas, tanpa pandang bulu. tinggal tunggu siapa yang kena jackpot. sekarang, dengan bantuan banyak orang-orang baik di sekitarku, aku mulai bisa mengendalikan diri. masih belum bisa mengendalikan emosi si. tapi paling nggak, sekarang aku udah bisa ngerem mulut. paling nggak, aku bisa mengarahkan jurus pamungkas terhadap orang yang tepat dan di saat yang tepat
dan yang paling penting, aku mulai bisa memilah-milah masalah. dulu aku sering banget membesar-besarkan masalah sepele dan menghilangkan masalah besar. jadinya ya itu tadi, untuk masalah sepele aku bisa jadi kompor gas LPG. sedangkan aku nggak bereaksi untuk masalah-masalah besar. mimpes, kata orang jawa. sisanya diselesaikan pakai emosi. makanya urusan jadi tambah ribet susah kelarnya. sekarang, untungnya, sekarang sudah mulai mengecilkan hati dan membesarkan otak dalam menghadapi masalah. semoga ini bukan awal yang terlambat
aku juga belajar untuk berkaca pada masa lalu untuk menghadapi masa depan, menjadikan kesalahan sebagai guru yang berharga. jangan sampai aku rusak lagi pertemanan yang aku punya sekarang apalagi dengan ulahku
aku juga belajar untuk lebih banyak toleransi, memaafkan dan menerima seberapapun kesalahan orang lain, lebih dari yang aku terima dari orang lain. karena aku tau sangat sulit untuk melakukannya saat usia sudah semakin tua, maka aku berharap tidak terlambat untuk memulainya sekarang. belajar untuk tidak menyalahkan orang lain, belajar untuk menerima kesalahan orang lain
because i'm not that perfect and my friends give me colors of my days and enriched my life
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment