Thursday, 16 December 2010

seberapa beranikah saya?

tulisan ini....terinspirasi dengan satu sentilan

tulisan ini...buah pemikiran Maya Meralda Kartika. tidak terkontaminasi kepentingan pihak manapun. merupakan jawaban menurut pemahaman pribadi penulis, baik secara akademik, sosial maupun budaya





seberapa sucikah anda untuk melempar batu rajam pertama kepada seorang pezinah?


sering aku dengar, tentang manusia yang menunjukkan telunjukkan ke sesamanya, menyebutkan bahwa dia pendosa. saya jadi ingat perkataan salah satu rekan yang selalu aku ingat, di account twitter milik D. Rishita Dewi beberapa waktu silam. ketika salah satu jari menunjuk orang lain, empat jari yg lain mengarah ke diri sendiri. makna yg aku tangkap dari pernyataan itu adalah, saat seseorang sekali melihat kesalahan orang lain, orang tersebut dilihat berkali-kali salah benarnya. dari pernyataan itu yang aku tangkap maksudnya adalah, aku harus berkali-kali ngaca sebelum menunjuk kesalahan orang lain. apa aku sebegitu benarnya untuk menyalahkan orang lain? atau malah, aku lebih buruk?



seberapa beranikah anda untuk mengobarkan obor perjuangan membela kaum Allah yg tertindas?

sering aku dengar, tentang manusia yang suka berkoar-koar membela nama Allah. kupingku sedikit panas mendengarnya. dalam hati aku bertanya, mengapa mereka membuang waktunya untuk sesuatu yang abstrak? sejujurnya bagiku jihad dengan kerusuhan adalah sesuatu yang nonsense, buang waktu dan tenaga. pernahkah mereka berpikir untuk menjadi manusia yang lebih berguna? tidakkah mereka berpikir bahwa Tuhan ingin manusiaNya merawat bumi dengan segala keindahan yang dimiliki?

mereka selalu berteriak tentang jihad. aku jadi berpikir, apakah pengertianku akan jihad berbeda dengan mereka? jihad bagiku adalah membela di jalan Allah, di segala sektor. menurutku, belajar yang rajin itu jihad, supaya nanti ketika dewasa bisa menjadi orang yang membela kebenaran diatas segalanya. menurutku, jadi dokter itu jihad, karena ketika membantu orang tanpa pamrih, kebaikan yang dia tebarkan menghidupkan ribuan nyawa. menurutku, jadi dosen itu jihad, karena beliaulah yang membimbing pemuda kearah kebenaran. memberi harapan baru terciptanya masa depan yang lebih baik. bagiku jihad bermacam-macam, asalkan didedikasikan untuk kebenaran



seberapa sucikah anda untuk mengucap secuil kata dari kitab Tuhan didepan manusia yg kau anggap hina?

aku merasa miris ketika semakin banyak manusia yang mengutip katakata Tuhan untuk memperburuk sesamanya yang berbeda. apa hanya itukah fungsi Kitab Suci? aku sangat sedih ketika buku manual untuk hidup manusia digunakan manusia untuk berpolitik dalam hidup

aku, jujur, sangat jarang membuka Kitab Suci. dan tidak punya keberanian untuk mengutip kalimatnya, karena aku takut. aku takut tidak memahami yang aku katakan, dan aku tidak dapat mempertanggungjawabkan pemahamanku tentang kalimat tersebut. karena sepanjang pengetahuanku yang dangkal ini, setiap kalimat dalam Kitab Suci memiliki banyak pertimbangan untuk kondisi pada masa itu. sehingga, menurutku, setiap kali membaca tulisan dalam Kitab Suci, unsur-unsur pendukung juga harus dipertimbangkan. untuk apa kalimat tersebut diturunkan? siapa yang menjadi sasaran utamanya? bagaimana situasi sosial budaya disana? bagaimana kondisi cuaca dan iklim disana? apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut dipertimbangkan, maka seharusnya tidak terjadi kasus asal comot ayat Kitab Suci



seberapa tinggi diri anda di hadapan orang yang anda anggap hina?

bagian ini terinspirasi oleh tulisan Samuel Mulya di halaman harian Kompas hari minggu. aku lupa judulnya. tapi aku ingat sebagian tulisan serta maksudnya. semoga aku tidak salah ingat

bagian yang aku baca itu tentang relasi atasan-bawahan. ketika seseorang mengatakan, "kamu tahu, siapa saya?" untuk menggertak orang yang dia pandang rendah. yang dipertanyakan, pantaskah dia berkata demikian?

aku ingat waktu pelajaran agama sewaktu SMA, ketika Jesus membasuh kaki murid-muridnya. siapakah Jesus?

dari kejadian inilah aku memahami konsep kepemimpinan, bahwa pemimpin itu bertugas mengayomi dan menjamin kesejahteraan bawahannya. yang besar melindungi yang kecil, karena yang lebih tinggi punya power yang lebih kuat daripada yang rendah. intinya, pimpinan itu pesuruh bagi bawahan. karena itulah dalam sebuah perusahaan, gaji pimpinan lebih besar daripada gaji bawahan. karena tanggung jawabnya lebih besar, menanggung eksistensi bawahan yang jumlahnya bisa dipastikan jauh lebih besar daripada para elit yang ada di puncak strata. pimpinan memang bisa leluasa menjatuhkan bawahan karena mereka punya wewenang, atau punya nilai lebih di sisi power. tapi jika berpikir lebih jauh, apa kekuatan bawahan yang menjatuhkan atasan tidak lebih besar? mereka tidak memiliki apapun selain kekuatan kolektif. contoh nyata, masih ingat peristiwa tahun 1998 di negeri kita tercinta?

jadi menurut saya, bukan sesuatu yang pantas jika seseorang memandang tinggi terhadap dirinya. entah karena jabatan atau uang atau strata sosial. karena semakin tinggi jabatannya, semakin besar pula tanggung jawabnya. artinya, nilai "jongos"nya juga semakin tinggi











seperti yang aku tulis di comment statusku, menanggapi komentar salah satu teman. tulisan ini bukan merupakan filosofi atau pandangan skeptis penulis. dengan tulisan ini aku berharap bisa mengingatkan diri agar tidak menjadi orang yang suka menggurui, berdakwah tanpa arah, dan menjadi bossy. karena orang dengan tiga perilaku itu, sejujurnya, membuatku ingin melemparnya dengan sepatu. karena menurut pepatah orang Arab, seseorang yang dilempar sepatu itu nilainya lebih rendah daripada sepatu yang letaknya di kaki, secara normatif selalu dibawah dan menginjak segala macam jenis tanah

tulisan ini juga menjadi pengingat agar segala perilaku, perkataan dan pemikiran haru didedikasikan kepada kebenaran

0 comments:

Post a Comment

Thursday, 16 December 2010

seberapa beranikah saya?


tulisan ini....terinspirasi dengan satu sentilan

tulisan ini...buah pemikiran Maya Meralda Kartika. tidak terkontaminasi kepentingan pihak manapun. merupakan jawaban menurut pemahaman pribadi penulis, baik secara akademik, sosial maupun budaya





seberapa sucikah anda untuk melempar batu rajam pertama kepada seorang pezinah?


sering aku dengar, tentang manusia yang menunjukkan telunjukkan ke sesamanya, menyebutkan bahwa dia pendosa. saya jadi ingat perkataan salah satu rekan yang selalu aku ingat, di account twitter milik D. Rishita Dewi beberapa waktu silam. ketika salah satu jari menunjuk orang lain, empat jari yg lain mengarah ke diri sendiri. makna yg aku tangkap dari pernyataan itu adalah, saat seseorang sekali melihat kesalahan orang lain, orang tersebut dilihat berkali-kali salah benarnya. dari pernyataan itu yang aku tangkap maksudnya adalah, aku harus berkali-kali ngaca sebelum menunjuk kesalahan orang lain. apa aku sebegitu benarnya untuk menyalahkan orang lain? atau malah, aku lebih buruk?



seberapa beranikah anda untuk mengobarkan obor perjuangan membela kaum Allah yg tertindas?

sering aku dengar, tentang manusia yang suka berkoar-koar membela nama Allah. kupingku sedikit panas mendengarnya. dalam hati aku bertanya, mengapa mereka membuang waktunya untuk sesuatu yang abstrak? sejujurnya bagiku jihad dengan kerusuhan adalah sesuatu yang nonsense, buang waktu dan tenaga. pernahkah mereka berpikir untuk menjadi manusia yang lebih berguna? tidakkah mereka berpikir bahwa Tuhan ingin manusiaNya merawat bumi dengan segala keindahan yang dimiliki?

mereka selalu berteriak tentang jihad. aku jadi berpikir, apakah pengertianku akan jihad berbeda dengan mereka? jihad bagiku adalah membela di jalan Allah, di segala sektor. menurutku, belajar yang rajin itu jihad, supaya nanti ketika dewasa bisa menjadi orang yang membela kebenaran diatas segalanya. menurutku, jadi dokter itu jihad, karena ketika membantu orang tanpa pamrih, kebaikan yang dia tebarkan menghidupkan ribuan nyawa. menurutku, jadi dosen itu jihad, karena beliaulah yang membimbing pemuda kearah kebenaran. memberi harapan baru terciptanya masa depan yang lebih baik. bagiku jihad bermacam-macam, asalkan didedikasikan untuk kebenaran



seberapa sucikah anda untuk mengucap secuil kata dari kitab Tuhan didepan manusia yg kau anggap hina?

aku merasa miris ketika semakin banyak manusia yang mengutip katakata Tuhan untuk memperburuk sesamanya yang berbeda. apa hanya itukah fungsi Kitab Suci? aku sangat sedih ketika buku manual untuk hidup manusia digunakan manusia untuk berpolitik dalam hidup

aku, jujur, sangat jarang membuka Kitab Suci. dan tidak punya keberanian untuk mengutip kalimatnya, karena aku takut. aku takut tidak memahami yang aku katakan, dan aku tidak dapat mempertanggungjawabkan pemahamanku tentang kalimat tersebut. karena sepanjang pengetahuanku yang dangkal ini, setiap kalimat dalam Kitab Suci memiliki banyak pertimbangan untuk kondisi pada masa itu. sehingga, menurutku, setiap kali membaca tulisan dalam Kitab Suci, unsur-unsur pendukung juga harus dipertimbangkan. untuk apa kalimat tersebut diturunkan? siapa yang menjadi sasaran utamanya? bagaimana situasi sosial budaya disana? bagaimana kondisi cuaca dan iklim disana? apabila pertanyaan-pertanyaan tersebut dipertimbangkan, maka seharusnya tidak terjadi kasus asal comot ayat Kitab Suci



seberapa tinggi diri anda di hadapan orang yang anda anggap hina?

bagian ini terinspirasi oleh tulisan Samuel Mulya di halaman harian Kompas hari minggu. aku lupa judulnya. tapi aku ingat sebagian tulisan serta maksudnya. semoga aku tidak salah ingat

bagian yang aku baca itu tentang relasi atasan-bawahan. ketika seseorang mengatakan, "kamu tahu, siapa saya?" untuk menggertak orang yang dia pandang rendah. yang dipertanyakan, pantaskah dia berkata demikian?

aku ingat waktu pelajaran agama sewaktu SMA, ketika Jesus membasuh kaki murid-muridnya. siapakah Jesus?

dari kejadian inilah aku memahami konsep kepemimpinan, bahwa pemimpin itu bertugas mengayomi dan menjamin kesejahteraan bawahannya. yang besar melindungi yang kecil, karena yang lebih tinggi punya power yang lebih kuat daripada yang rendah. intinya, pimpinan itu pesuruh bagi bawahan. karena itulah dalam sebuah perusahaan, gaji pimpinan lebih besar daripada gaji bawahan. karena tanggung jawabnya lebih besar, menanggung eksistensi bawahan yang jumlahnya bisa dipastikan jauh lebih besar daripada para elit yang ada di puncak strata. pimpinan memang bisa leluasa menjatuhkan bawahan karena mereka punya wewenang, atau punya nilai lebih di sisi power. tapi jika berpikir lebih jauh, apa kekuatan bawahan yang menjatuhkan atasan tidak lebih besar? mereka tidak memiliki apapun selain kekuatan kolektif. contoh nyata, masih ingat peristiwa tahun 1998 di negeri kita tercinta?

jadi menurut saya, bukan sesuatu yang pantas jika seseorang memandang tinggi terhadap dirinya. entah karena jabatan atau uang atau strata sosial. karena semakin tinggi jabatannya, semakin besar pula tanggung jawabnya. artinya, nilai "jongos"nya juga semakin tinggi











seperti yang aku tulis di comment statusku, menanggapi komentar salah satu teman. tulisan ini bukan merupakan filosofi atau pandangan skeptis penulis. dengan tulisan ini aku berharap bisa mengingatkan diri agar tidak menjadi orang yang suka menggurui, berdakwah tanpa arah, dan menjadi bossy. karena orang dengan tiga perilaku itu, sejujurnya, membuatku ingin melemparnya dengan sepatu. karena menurut pepatah orang Arab, seseorang yang dilempar sepatu itu nilainya lebih rendah daripada sepatu yang letaknya di kaki, secara normatif selalu dibawah dan menginjak segala macam jenis tanah

tulisan ini juga menjadi pengingat agar segala perilaku, perkataan dan pemikiran haru didedikasikan kepada kebenaran

0 comments on "seberapa beranikah saya?"

Post a Comment