perjalanan yang sangat lama, dan melelahkan
ketika langkah kaki semakin jauh dari rumah,
ketika semua orang yang dicintai telah mendahului
ketika segala kesenangan berada di balik punggung
dan yang ada hanya apa yang ada hanyalah hamparan padang yang luas, terusan jalan yang dilalui
saat itu tak ada yang bisa diandalkan selain nurani dan naluri
apa yang dicari? apa yang diinginkan?
tidak tahu
jalan yang menuju ke kegelapan
terowongan panjang tak berujung, memakan segala keindahan dunia
namun kaki tetap melangkah ke depan
terus berjalan hingga menemukan serpihan sinar
dihadapkan pada persimpangan, dan saat dimana harus memilih
akhir dari hari ini, awal dari perjalanan selanjutnya
mengosongkan kepala dan hanya mengandalkan hati
saat kaki melangkah ke arah matahari, seluruh tubuh mengikuti dengan senyuman
hamparan kapas di langit berganti dengan taburan biji jagung
seluruh tubuh memandang tarian langit malam
kulit tertembus tajamnya rumput
bau tanah lembap menusuk hidung
nyanyian hewan malam memekakkan telinga
kerlip kunang-kunang memyilaukan mata
dan tanpa terasa simfoni malam telah membuai hingga ke alam mimpi
di dalam hutan, api unggun menyala
pria-pria wanita-wanita menari-nari melingkari
pakaian yang bergemerlapan, senandung puisi dinyanyikan merdu
tenda dari kulit sapi berwarna keemasan
peralatan makan, tombak, pisau besar, teronggok di salah satu sudut
sinar matahari pagi membelai pipi
terbangun dengan penuh semangat, memandang ke jalan tak berujung
di sekeliling, hamparan rumput dan hanya beberapa batang pohon besar
rumput di tangannya terasa dingin, dan menyisakan bulir-bulir air yang kemudian menetes ke baju
berdiri tegak, memulai perjalanan
jalan yang mengarah ke gunung, semakin lama semakin melelahkan
panas mulai menyengat, udara terasa berat, jalan semakin berbatu dan terjal
masih ada kesempatan untuk berbalik dan mengganti arah yang lebih mudah
tapi kaki terus mantap melangkah ke depan, dan melalui segala tantangan
menapaki jalanan, dimana ujian terasa benar-benar berat
memandang ke bawah, dan kengerian serta ketakutan menghadang
tak ada jalan lain selain merangkak dan terus maju
mengerahkan segala kemampuan untuk mencapai keindahan terakhir
dan ketika perjalanan ini berakhir, jalanan yang telah dilalui terlihat tak lebih panjang dari satu ruas jari
bolehlah untuk tersenyum puas atas akhir hari ini
namun ketika kembali menatap ke depan, ketakutan kembali menghantui
what will i do next? stay, or going down?
then when i go down, where should i do next? which path should i take?
pertanyaan yang terus mengusik pikiran menemani raga yang sedang menikmati langit sore
menghayati setiap langkah matahari menuju ke peristirahatan terakhirnya
Wednesday, 20 January 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wednesday, 20 January 2010
long trip to nowhere
perjalanan yang sangat lama, dan melelahkan
ketika langkah kaki semakin jauh dari rumah,
ketika semua orang yang dicintai telah mendahului
ketika segala kesenangan berada di balik punggung
dan yang ada hanya apa yang ada hanyalah hamparan padang yang luas, terusan jalan yang dilalui
saat itu tak ada yang bisa diandalkan selain nurani dan naluri
apa yang dicari? apa yang diinginkan?
tidak tahu
jalan yang menuju ke kegelapan
terowongan panjang tak berujung, memakan segala keindahan dunia
namun kaki tetap melangkah ke depan
terus berjalan hingga menemukan serpihan sinar
dihadapkan pada persimpangan, dan saat dimana harus memilih
akhir dari hari ini, awal dari perjalanan selanjutnya
mengosongkan kepala dan hanya mengandalkan hati
saat kaki melangkah ke arah matahari, seluruh tubuh mengikuti dengan senyuman
hamparan kapas di langit berganti dengan taburan biji jagung
seluruh tubuh memandang tarian langit malam
kulit tertembus tajamnya rumput
bau tanah lembap menusuk hidung
nyanyian hewan malam memekakkan telinga
kerlip kunang-kunang memyilaukan mata
dan tanpa terasa simfoni malam telah membuai hingga ke alam mimpi
di dalam hutan, api unggun menyala
pria-pria wanita-wanita menari-nari melingkari
pakaian yang bergemerlapan, senandung puisi dinyanyikan merdu
tenda dari kulit sapi berwarna keemasan
peralatan makan, tombak, pisau besar, teronggok di salah satu sudut
sinar matahari pagi membelai pipi
terbangun dengan penuh semangat, memandang ke jalan tak berujung
di sekeliling, hamparan rumput dan hanya beberapa batang pohon besar
rumput di tangannya terasa dingin, dan menyisakan bulir-bulir air yang kemudian menetes ke baju
berdiri tegak, memulai perjalanan
jalan yang mengarah ke gunung, semakin lama semakin melelahkan
panas mulai menyengat, udara terasa berat, jalan semakin berbatu dan terjal
masih ada kesempatan untuk berbalik dan mengganti arah yang lebih mudah
tapi kaki terus mantap melangkah ke depan, dan melalui segala tantangan
menapaki jalanan, dimana ujian terasa benar-benar berat
memandang ke bawah, dan kengerian serta ketakutan menghadang
tak ada jalan lain selain merangkak dan terus maju
mengerahkan segala kemampuan untuk mencapai keindahan terakhir
dan ketika perjalanan ini berakhir, jalanan yang telah dilalui terlihat tak lebih panjang dari satu ruas jari
bolehlah untuk tersenyum puas atas akhir hari ini
namun ketika kembali menatap ke depan, ketakutan kembali menghantui
what will i do next? stay, or going down?
then when i go down, where should i do next? which path should i take?
pertanyaan yang terus mengusik pikiran menemani raga yang sedang menikmati langit sore
menghayati setiap langkah matahari menuju ke peristirahatan terakhirnya
ketika langkah kaki semakin jauh dari rumah,
ketika semua orang yang dicintai telah mendahului
ketika segala kesenangan berada di balik punggung
dan yang ada hanya apa yang ada hanyalah hamparan padang yang luas, terusan jalan yang dilalui
saat itu tak ada yang bisa diandalkan selain nurani dan naluri
apa yang dicari? apa yang diinginkan?
tidak tahu
jalan yang menuju ke kegelapan
terowongan panjang tak berujung, memakan segala keindahan dunia
namun kaki tetap melangkah ke depan
terus berjalan hingga menemukan serpihan sinar
dihadapkan pada persimpangan, dan saat dimana harus memilih
akhir dari hari ini, awal dari perjalanan selanjutnya
mengosongkan kepala dan hanya mengandalkan hati
saat kaki melangkah ke arah matahari, seluruh tubuh mengikuti dengan senyuman
hamparan kapas di langit berganti dengan taburan biji jagung
seluruh tubuh memandang tarian langit malam
kulit tertembus tajamnya rumput
bau tanah lembap menusuk hidung
nyanyian hewan malam memekakkan telinga
kerlip kunang-kunang memyilaukan mata
dan tanpa terasa simfoni malam telah membuai hingga ke alam mimpi
di dalam hutan, api unggun menyala
pria-pria wanita-wanita menari-nari melingkari
pakaian yang bergemerlapan, senandung puisi dinyanyikan merdu
tenda dari kulit sapi berwarna keemasan
peralatan makan, tombak, pisau besar, teronggok di salah satu sudut
sinar matahari pagi membelai pipi
terbangun dengan penuh semangat, memandang ke jalan tak berujung
di sekeliling, hamparan rumput dan hanya beberapa batang pohon besar
rumput di tangannya terasa dingin, dan menyisakan bulir-bulir air yang kemudian menetes ke baju
berdiri tegak, memulai perjalanan
jalan yang mengarah ke gunung, semakin lama semakin melelahkan
panas mulai menyengat, udara terasa berat, jalan semakin berbatu dan terjal
masih ada kesempatan untuk berbalik dan mengganti arah yang lebih mudah
tapi kaki terus mantap melangkah ke depan, dan melalui segala tantangan
menapaki jalanan, dimana ujian terasa benar-benar berat
memandang ke bawah, dan kengerian serta ketakutan menghadang
tak ada jalan lain selain merangkak dan terus maju
mengerahkan segala kemampuan untuk mencapai keindahan terakhir
dan ketika perjalanan ini berakhir, jalanan yang telah dilalui terlihat tak lebih panjang dari satu ruas jari
bolehlah untuk tersenyum puas atas akhir hari ini
namun ketika kembali menatap ke depan, ketakutan kembali menghantui
what will i do next? stay, or going down?
then when i go down, where should i do next? which path should i take?
pertanyaan yang terus mengusik pikiran menemani raga yang sedang menikmati langit sore
menghayati setiap langkah matahari menuju ke peristirahatan terakhirnya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment